PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA FISIK
Ketut Sumada
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Pembangunan Nasional (UPN)
“Veteran” Jawa Timur
email : ketutaditya@yahoo.com
Pengolahan
air limbah secara fisik merupakan pengolahan awal (primary treatment) air limbah sebelum dilakukan pengolahan
lanjutan, pengolahan secara fisik
bertujuan untuk menyisihkan padatan-padatan berukuran besar seperti
plastik, kertas, kayu, pasir, koral, minyak, oli, lemak, dan sebagainya.
Pengolahan air limbah secara fisik dimaksudkan untuk melindungi
peralatan-peralatan seperti pompa, perpipaan dan proses pengolahan selanjutnya.
Beberapa unit operasi yang diaplikasikan pada proses pengolahan air limbah
secara fisik diantaranya : penyaringan (screening),
pemecahan/grinding (comminution),
penyeragaman (equalization), pengendapan
(sedimentation), penyaringan (flitration), pengapungan (floatation).
a. Screening
Screening
merupakan unit operasi yang diaplikasikan pada awal pengolahan air limbah.
Tujuan dari screening ini adalah untuk pemisahan material berukuran besar
seperti kertas, plastik, kayu, kulit udang, sisik ikan, dan sebagainya.
Berdasarkan
teknik pengoperasian, screening diklasifikasi menjadi dua (2) klasifikasi yaitu
:
· Screening yang dioperasikan secara
maual, screen yang dibersihkan secara manual (mempergunakan tangan).
· Screening yang dioperasikan secara
automatis : screen dengan pemisahan padatan berlangsung secara kontinyu,
pemisahan padatan dapat dilakukan secara mekanik atau dengan aliran air limbah
itu sendiri.
Berbagai jenis screen yang bisa diaplikasikan pada pengolahan air limbah seperti gambar berikut
Gambar : Screen
b. Pemecah/Grinding (comminution)
Pemecah
atau grinding (comminution) merupakan unit operasi yang diaplikasikan untuk
memecah padatan yang berukuran besar menjadi partikel yang mempunyai ukuran
yang kecil dan seragam. Pada umumnya unit operasi ini dipergunakan untuk
memecah padatan yang tertahan pada screen dan padatan ini dapat dikembalikan
kedalam aliran air limbah atau dibuang.
c. Pemisahan pasir (Grit chamber)
Keberadaan
bahan padat seperti pasir dalam air limbah merupakan suatu permasalahan dalam
pengolahan air limbah karena pasir dapat menghambat kerja peralatan pompa,
menghambat aliran dalam perpipaan dan mempengaruhi volume bak,Pemisahan padatan
seperti pasir dalam air limbah dapat dilakukan dengan unit operasi grit
chamber.
d. Penyeragaman (Equalization)
Kualitas
dan kuantitas air limbah yang dihasilkan suatu industri bervariasi setiap
waktu, hal ini dapat mempengaruhi perancangan instalasi, kebutuhan bangunan,
mesin, lahan, biaya operasional, dan kualitas hasil pengolahan. Dalam rangka
mengatasi permasalahan kualitas dan kuantitas air limbah, dibutuhkan suatu unit
operasi seperti “equalisasi
(equalization)”. Equalisasi
berfungsi untuk penyeragaman kondisi air limbah, dan pengendali aliran, dalam
equalisasi dapat dilakukan proses pengadukan untuk menjaga homoginitas, injeksi
udara yang bertujuan agar limbah tidak bersifat septik atau anaerobik. Salah
satu bentuk unit operasi equalisasi dalam pengolahan air limbah seperti gambar 4.4
berikut , Kemiringan atau slope bak equalisasi pada umumnya mempergunakan perbandingan
3 : 1 atau 2 : 1. Pembangunan bak
equalisasi di beberapa industri biasanya dibangun berbentuk persegi empat
panjang atau rectangular dengan kedalaman 1,5 – 2 m.
e. Sedimentasi
(Sedimentation)
Sedimentasi
merupakan unit operasi yang sering dipergunakan dalam proses pengolahan air
atau air limbah seperti pemisahan partikel tersuspensi pada awal proses pengolahan
air limbah, proses pemisahan partikel flok pada proses pengolahan air limbah
secara kimia, dan proses pemisahan mikroorganisme (sludge) pada proses
pengolahan air limbah secara biologi.
Proses
sedimentasi partikel dapat diklasifikasikan menjadi empat (4) peristiwa yaitu :
1. Partikel Diskrit, sedimentasi partikel terjadi pada
konsentrasi padatan rendah dimana partikel mengendap secara individu serta
tidak terjadi interaksi dengan partikel yang lainnya. Peristiwa ini terjadi
pada pemisahan partikel pasir pada air limbah.
2. Partikel Flokulan, sedimentasi partikel dimana partikel
mengalami interaksi dengan partikel lainnya, pada peristiwa interaksi terjadi
penggabungan antar partikel yang mempercepat kecepatan sedimentasi. Peristiwa
ini terjadi pada pemisahan partikel yang telah mengalami proses
koagulasi/flokulasi.
3. Partikel Hindered, sedimentasi partikel terjadi karena
partikel berinteraksi dengan partikel lainnya pada posisi yang sama, dan partikel
mengendap terhambat oleh pertikel yang berada disekelilingnya dan tampaknya
terjadi pengendapan secara massal. Persitiwa ini dapat terjadi pada konsentrasi
padatan yang cukup tinggi. Peristiwa ini seperti terjadi pada pemisahan mikroba
(activated sludge) pada pengolahan air limbah secara biologi.
4. Partikel kompresi, sedimentasi partikel terjadi karena
partikel mengalami penekanan oleh partikel yang berada diatasnya, peristiwa ini
terjadi pada konsentrasi padatan yang sangat tinggi. Peristiwa ini terjadi pada
pemisahan mikroba (activated sludge) pada pengolahan air limbah secara biologi.
Peristiwa sedimentasi partikel activated sludge (lumpur mikroba) pada suatu
tabung gelas ukur dapat dijelaskan melalui gambar 4.5. berikut
Jenis Tangki Pengendap :
Pengendapan padatan dalam pipa
Waktu se
Jenis Tangki Pengendap :
Pengendapan padatan dalam pipa
Waktu se
Tabel
4.1. Data perancangan sedimentasi silinder dan rectangular
Rectangular sedimentation tanks
|
Circular sedimentation tanks
|
|
Kedalaman
|
3 - 5 m (umumnya 3,6 m)
|
3 - 5 m (umumnya 4,5 m)
|
Lebar
|
3 – 24 m (umumnya 6-10 m)
|
Diameter 3,6 – 60 m (umumnya
12-45 m)
|
Panjang
|
15 - 90 m (umumnya 25-40 m)
|
-------------
|
Flight speed
|
0,6 – 1,2 m/menit (umumnya 1.0
m/menit
|
Scraper’s speed 0.02-0.05/min
(umunya 0.03 Rev/min)
|
Bottom
Slope
|
1 in/ft atau 0.9m/m
|
60-160 mm/m (umumnya 80 mm/m)
|
Tabel 4.2. Data
perancangan sedimentasi silinder
Primary settling (secondary
treatment)
|
Activated sludge
|
|
Waktu tinggal
|
1,5-2,5 jam (umumnya 2 jam )
|
1,5 – 2,5 jam (umumnya 2 jam )
|
Laju alir limpahan (over flow
rate)
|
32 – 48 m3/m2.hari
|
24 – 32 m3/m2.hari
|
Tabel 4.3. Data perancangan sedimentasi silinder
Laju alir limpahan (m3/m2.hari)
|
Waktu tinggal (jam)
|
|||
Kedalaman (3,0 m)
|
Kedalaman (3,5 m)
|
Kedalaman (4,0 m)
|
Kedalaman (5,0 m)
|
|
24
|
3,0
|
3,5
|
4,0
|
5,0
|
32
|
2,3
|
2,6
|
3,0
|
3,8
|
48
|
1,5
|
1,8
|
2,0
|
2,5
|
60
|
1,2
|
1,4
|
1,6
|
2,0
|
80
|
0,9
|
1,1
|
1,2
|
1,5
|
100
|
0,7
|
0,8
|
1,0
|
1,2
|
130
|
0,6
|
0,7
|
0,8
|
1,0
|
Tabel 4.4. Data
perancangan sedimentasi silinder untuk pengendapan proses kimia dengan berbagai
jenis koagulan
Jenis Koagulan
|
Laju alir limpahan
Gallon/hari.ft2
|
Waktu tinggal (jam)
|
Alum (Al)
|
500
– 800
|
2
– 8
|
Besi
(Fe)
|
700-1000
|
2
– 8
|
Kapur-alum
|
700
- 1500
|
4
- 8
|
f. Filtrasi (Filtration)
Filtrasi merupakan unit operasi yang
dioperasikan dalam pengolahan air dan air limbah. Dalam pengolahan air limbah
filtrasi dioperasikan untuk pemisahan partikel (padatan) pada effluen
(pengeluaran) pengolahan air limbah secara kimia maupun biologi serta dapat
diaplikasikan pada awal pengolahan air limbah.
Pemisahan padatan dilakukan dengan
mempergunakan media yang disebut “Media Filter” merupakan bahan padat seperti
pasir, batu bara, kerikil dan sebagainya yang tersusun sedemikian rupa, padatan
yang dipisahkan tertahan pada permukaan dan sela-sela (porositas) media filter,
seperti terlihat dalam gambar 4.9. berikut
MEKANISME
FILTRASI
Dalam
filtrasi terdapat 4 mekanisme dasar filtrasi yaitu :
1. Sedimentasi (sedimentation), filtrasi terjadi karena partikel yang
akan dipisahkan mengalami gaya gravitasi dan kecepatan pengendapan partikel
sehingga partikel mengendap dan berkumpul pada permukaan media filter.
2. Intersep (interception), filtrasi terjadi karena partikel dalam
aliran air berukuran besar sehingga akan terperangkap, menempel dan dapat
menutupi permukaan media filter
3. Difusi brownian (brownian
diffusion),
filtrasi terjadi pada partikel yang berukuran kecil seperti virus, partikel
dalam aliran air bergerak secara random (gerak brown), karena terdapat perbedaan kecepatan maka
partikel tersebut bergesekan dan menempel dalam media filter. Mekanisme ini
hanya terjadi untuk partikel berdiameter < 1 mikron.
4. Inersia (inertia), filtrasi terjadi karena partikel mempunyai
ukuran dan berat jenis yang berbeda sehingga kecepatan partikel dalam aliran
air berbeda-beda, akibatnya partikel akan menempel pada permukaan media karena
gaya inersia, mekanisme ini terjadi jika partikel yang berukuran lebih besar
bergerak cukup cepat dan berbenturan serta menempel dalam media filter.
Berdasarkan
mekanisme tersebut, efektivitas filtrasi akan meningkat dengan meningkatnya
ukuran partikel hal ini terjadi karena dalam filtrasi terjadi mekanisme intersep
dan sedimentasi, tetapi dapat pula terjadi sebaliknya dimana efektivitas
filtrasi akan meningkat dengan menurunnya ukuran partikel hal ini dapat terjadi
karena dalam filtrasi terjadi proses difusi
JENIS
FILTER
Berdasarkan
jenis filter, flitrasi diklasifikasikan menjadi tiga (3) yaitu :
1. Filtrasi lambat (slow sand filter), pada filtrasi ini dipergunakan
media pasir halus (fine sand) dibagian atas dan dibawahnya kerikil, pada
filtrasi ini padatan yang tersisihkan berada dipermukaan atas pasir yang
mengakibatkan aliran air melewati media filter menjadi lambat. Partikel
menumpuk pada bagian atas pasir dan dibersihkan dengan mensecrap lapisan atas
pasir yang mengandung partikel.
2. Filtrasi cepat (rapid sand filter), pada filtrasi ini dipergunakan
media pasir berukuran besar dibagian atas dan dibawahnya kerikil, pada filtrasi
ini padatan yang tersisihkan berada disela-sela (pori-pori) media filter yang
dilaluinya. Pembersihan partikel dilakukan dengan metode “backwashing” dengan
air untuk mengeluarkan partikel dalam media filter.
3. Multimedia fliter (multimedia
filters) ,
pada filtrasi ini dipergunakan dua atau lebih
jenis media yang tersusun sedemikian rupa, media filter mempunyai berat
jenis yang berbeda, biasanya yang dipergunakan antrasit (batu bara), pasir, dan
kerikil. Penggunaan media filter yang berbeda memberikan hasil yang lebih baik
dibanding satu jenis media filter, dan berat jenis yang berbeda akan
menempatkan kembali media filter pada posisi yang semula pada saat dilakukan
pencucian dengan metode backwashing.
Perbandingan operasional filtrasi lambat (slow sand filter)
dengan filtrasi cepat (rapid sand filter seperti tercantum dalam tabel 4.5.
berikut
Tabel 4.5. Perbandingan operasional slow sand filter
terhadap rapid sand filter
Karakteristik
|
Slow
sand filter
|
Rapid
sand filter
|
|
Gravity
|
pressure
|
||
Laju filtrasi
|
2-5 m3/m2.hari
|
120-360 m3/m2.hari
|
|
Ukuran unit filtrasi
|
Besar (2000 m2)
|
Kecil (100 m2)
|
|
Tinggi media
|
Kerikil 300 mm dan pasir 1,0 m
|
Kerikil 500 mm, pasir 0,7-1,0 m
|
|
Ukuran pasir efektif
|
0,35 mm
|
0,6 – 1,2 mm
|
|
Koefisien seragam
|
2-2,5
|
1,5-1,7
|
|
Hilang tekan
|
< 1 m
|
< 3 m
|
|
Waktu operasi
|
20-90 hari
|
1-2 hari
|
|
Metode pembersihan
|
Scrap lapisan atas, pencucian dan
pemasangan kembali
|
Backwashing dengan air dan udara
|
|
Kebutuhan air pencuci
|
0,2 – 0,6% dari air yang difilter
|
3-6 % dari air yang difilter
|
|
Konstruksi pake tutup
|
tidak
|
Tergantung/bebas
|
ya
|
Kemudahan operasional
|
ya
|
ya
|
tidak
|
Biaya investasi
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Biaya operasional
|
Rendah
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Kemampuan supervisi
|
Tidak
|
Membutuhkan
|
Membutuhkan
|
Penyisihan bakteri
|
99,99&
|
90 – 99%
|
Pengoperasian filtrasi melibatkan
dua (2) proses yaitu “Filtrasi dan Backwashing (pencucian/pengeluaran
padatan dari media filter).
KLASIFIKASI SISTEM FILTRASI
Perancangan
(design) unit operasi filtrasi dengan media filter padat diklasifikasikan
berdasarkan beberapa hal meliputi
- Arah aliran
- Jenis dan susunan media filter
- gaya gerak
- Metode pengendalian laju aliran
Berdasarkan jenis dan susunan media
filter, jenis media
filter yang dipergunakan seperti pasir, batubara, dan kerikil dengan susunan
media filter satu lapisan media, dua lapisan media, dan tiga lapisan media.
Proses backwashing dilakukan dengan mekanisme “Fluidizing” (fluidisasi)
dengan arah aliran keatas.
Berdasarkan gaya gerak, filtrasi terjadi karena gaya
gravitasi atau gaya tekan untuk mengatasi tahanan gesek media filter yang
terjadi pada permukaan media filter.
Berdasarkan pengendalian laju aliran, filtrasi dioperasionalkan pada
laju aliran air limbah yang konstan (constant-rate filtration) atau
berubah-ubah (variable-rate filtration).
Berbagai hal
yang perlu diperhatikan dalam operasional filtrasi yaitu :
· Karakteristik
air limbah, karakteristik
air limbah yang perlu diperhatikan
diantaranya konsentrasi padatan, distribusi dan ukuran padatan, serta kekuatan padatan
atau flok (untuk proses kimia)
·
Karakteristik
media filter,
pemakaian media filter dengan ukuran terlalu kecil mengakibatkan terjadinya
peningkatan hambatan aliran, dan ukuran media filter terlalu besar mengakibatkan
beberapa padatan yang kecil tidak tertahan (loslos) dari filtrasi
·
Laju
alir filtrasi,
laju alir filtrasi berkaitan dengan luas penampang unit filtrasi yang
dibutuhkan, laju alir filtrasi dipengaruhi oleh ukuran dan distribusi padatan,
dan kekuatan flok. Berdasarkan pengamatan laju filtrasi yang sesuai : 2 – 8
gallon/(ft2 menit) atau 80 – 320 Liter/(m2. Menit).
g. Flotasi (Flotation)
Flotasi
(pengapungan) merupakan suatu unit operasi yang dipergunakan untuk pemisahan
padatan tersuspensi, cairan (minyak dan
lemak) dalam fase cair (air atau air limbah). Peristiwa flotasi didasarkan atas
adanya gelembung gas, biasanya menggunakan udara yang diinjeksikan kedalam air
limbah. Dalam pengolahan air limbah, flotasi dipergunakan untuk penyisihan
padatan tersuspensi, minyak, lemak, flok pada proses pengolahan air limbah
secara kimia, dan lumpur (mikroba) pada proses biologi. Keuntungan mendasar
flotasi dibanding dengan sedimentasi dalam hal pemisahan padatan tersuspensi
yaitu flotasi dapat memisahkan padatan tersupensi yang sangat kecil, ringan,
dan sulit mengendap dalam waktu relatif cepat. Pada proses flotasi,
udara diinjeksikan ke dalam tangki sehingga terbentuk gelembung yang berfungsi
untuk mengapungkan padatan sehingga mudah dipisahkan. Dengan adanya gaya dorong
dari gelembung tersebut, padatan yang berat jenisnya lebih tinggi dari air akan
terdorong ke permukaan. Demikian pula halnya dengan padatan yang berat jenisnya
lebih rendah dari air. Hal ini merupakan keunggulan teknik flotasi dibanding
pengendapan karena dengan flotasi partikel yang ringan dapat disisihkan dalam
waktu yang bersamaan.
Flotasi pada pengolahan air limbah
mempergunakan udara sebagai “Flotation Agent”, berdasarkan pemanfaatan
udara ini, flotasi diklasifikasikan menjadi tiga (3) kategori yaitu
· Dissolved-air
flotation (DAF),
proses flotasi dimana udara dilarutkan kedalam air limbah, tekanan operasi
untuk flotasi ini biasanya pada tekanan lebih besar dari tekanan atmosfir.
· Air
flotation,
proses flotasi dimana udara diinjeksikan secara langsung kedalam air limbah,
tekanan operasi untuk flotasi ini biasanya pada tekanan atmosfir.
· Vacumn
flotation,
proses flotasi dimana udara dilarutkan kedalam air limbah hingga mencapai tingkat
kejenuhan yang dapat diperoleh dalam tekanan vacumn atau lebih kecil dari tekanan atmosfir.
Dissolved-air flotation (DAF), dibagi menjadi tiga (3) model
operasi yaitu :
1. Dissolved-air
flotation dengan penekanan seluruh atau sebagian air
limbah masuk
2. Dissolved-air
flotation dengan recycle penekanan
3. Dissolved-air
flotation dengan Induced air flotation
Dissolved-air flotation
menghasilkan gelembung gas yang lebih kecil ( 50 μm – 100 μm) dibanding dengan
induced air flotation ( 500 μm -1000 μm). Gelembung gas yang Iebih kecil cenderung mempunyai kemampuan lebih baik
untuk menanggulangi padatan tersuspensi, oli atau minyak. Dissolved-air flotation dengan sistem penekanan penuh atau penekanan recycle
ditunjukkan gambar 4.14 dan dissolved-air flotation dengan penekanan aliran sebagian atau seluruhnya
ditunjukkan pada gambar 4.13. Sistem penekanan sebagian berguna untuk
menurunkan luas area dari flotation. Penekanan recycle dibutuhkan bila floc atau
emulsification masih terikut dalam air limbah, laju alir recycle menentukan
kebutuhan luas daerah flotation. Variabel-variabel perancangan (design) untuk
kedua sistem ini meliputi tekanan, recycle flow, hydraulic loading, solid
loading dan retention period. Solid loading diperlukan bila dissolved
air floatation digunakan untuk sludge thickening. sistem
presurisasi biasanya dijaga pada 40-60 psig (3-5 atm). Besarnya recycle sekitar
30 - 40 % recycle, hydraulic loading bervariasi
dari 1 - 4 gpm/ft2 dan retention period umumnya antara
20 - 40 menit
Analisis Flotasi
Beberapa
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan flotasi diantaranya
- Laju alir air limbah dan beban padatan (wastewater flow rate and solid loading)
- Perbandingan udara terhadap padatan (Air/solid ratio), yang dinyatakan sebagai volume udara/berat padatan atau berat udara/berat padatan, nilai A/S dapat dipergunakan 0,005 – 0,060 ml/mg atau 0,0065 – 0,08 mg/mg.
- Temperatur operasional, ini berkaitan dengan kelarutan udara dalam air pada temperatur tertentu.
- Pengolahan awal secara kimia (chemical pretreatment)
- Beban padatan akhir (Lb/jam.ft2)
- Beban aliran hidrolik (gpm/ft2)
- Perbandingan udara terhadap padatan (A/S)
h. Adsorpsi (Adsorption)
Adsorpsi (penyerapan) merupakan proses pemisahan
atom, ion, biomolekul atau molekul dalam gas atau cairan dan padatan terlarut
dengan mempergunakan media padat
Berdasarkan
gaya tarik yang terjadi antara adsorbat dengan adsorben, peristiwa adsorpsi dapat
diklasifikasikan menjadi dua (2) jenis, yaitu :
- Adsorpsi Fisik (Physisorption)
Adsorpsi fisik terjadi karena adanya
gaya van der walls dan biasanya adsorpsi ini berlangsung secara bolak-balik.
Ketika gaya tarik-menarik molekul antara zat terlarut dengan adsorben lebih
besar dari gaya tarik-menarik zat terlarut dengan pelarut, maka zat terlarut
akan cenderung teradsorpsi pada permukaan adsorben.
- Adsorpsi Kimia (Chemisorption)
Adsorpsi kimia terjadi karena adanya
ikatan kimia yang kuat antara adsorben dengan adsorbat, ikatan ini berlangsung searah
(irrreversible). Interaksi suatu senyawa organik pada permukaan adsorben dapat
terjadi melalui tarikan elektrostatik atau pembentukan ikatan kimia yang
spesifik misalnya ikatan kovalen. Sifat-sifat molekul organik seperti struktur,
gugus fungsional dan sifat hidrofobik berpengaruh pada sifat-sifat adsorpsi.
Karakteristik adsorpsi kimia sebagai berikut :
· Terbentuknya
ikatan kimia yang kuat antara adsobat dan adsorben sehingga terbentuk panas
· Terjadi
reaksi yang sangat selektif antara adsobat dan adsorben sehingga proses
adsorpsi sangat spesifik
· Temperatur
operasi meningkat akibat terjadinya ikatan dan reaksi kimia sehingga proses
adsorpsi meningkatkan dengan naiknya temperatur.
·
Ikatan
kimia terjadi secara langsung antara adsobat dan adsorben sehingga hanya
terbentuk satu lapisan (single layer)
·
Proses
adsorpsi berlangsung secara irreversible (searah).
Perbedaan antara adsorpsi fisik dan kimia seperti terlihat dalam tabel 3.5. berikut.
Tabel
3.5. Perbandingan adsorpsi fisik dan kimia
Adsorpsi fisik (Physisorption)
|
Adsorpsi kimia (Physisorption)
|
Gaya tarik merupakan gaya Vander
Waals
|
Gaya tarik merupakan gaya ikatan
kimia
|
Enthalpi adsorpsi rendah (20-40
kJ/mole)
|
Enthalpi adsorpsi tinggi (200-400
kJ/mole)
|
Temperatur proses rendah
|
Temperatur proses tinggi
|
Terbentuk multilayer pada proses
|
Terbentuk monolayer pada proses
|
Proses berjalan bolak-balik
(reversible)
|
Proses berjalan searah
(irreversible)
|
Jenis Media Adsorpsi (adsoben)
Berbagai jenis media adsorpsi (adsorben) yang diperkenal dalam proses adsorpsi diantaranya karbon aktif, batubara aktif, silika gel, zeolit, graphit, polimer, tepung tulang, dan limbah pertanian (biomass). Beberapa faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi diantaranya
Berbagai jenis media adsorpsi (adsorben) yang diperkenal dalam proses adsorpsi diantaranya karbon aktif, batubara aktif, silika gel, zeolit, graphit, polimer, tepung tulang, dan limbah pertanian (biomass). Beberapa faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi diantaranya
- Keadaan (kondisi) dari adsorbat dan jenis adsorben
- Keaktifan dari adsorben
- Luas permukaan adsorben
- Distribusi ukuran pori adsorben
- Kondisi operasi yaitu tekanan, temperatur dan sebagainya
Berdasarkan kondisi operasi proses adsorpsi, beberapa model
persamaan yang dapat diaplikasikan pada proses adsorpsi diantaranya : Langmuir dan Freundlich Isothermal
Maaf, beberapa gambar, model persamaan, dan contoh soal tidak bisa ditampilkan dalam blog, jika ingin mendapatkan tulisan ini yang lengkap, hubungi email saya : ketutaditya@yahoo.com atau melalui blog ini "Kirim Masukan"
***********Semoga Bermanfaat ******************************
nice post ^_^
BalasHapusIni bagus lumayan mudah dipahami, Apakah bisa saya mendapat artikel semua proses pada pengolahan limbah secara lengkap?
BalasHapusTerimakasih
Saya ingin tau lebih lengkapnya lagi tentang semua proses pengolahan limbah, apa bisa?
BalasHapusMenjual berbagai macam jenis Chemical untuk cooling tower chiller dan waste water treatment untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com
BalasHapusWA;0813-1084-9918
Terima kasih
kereeen.... sangat bermanfaat... hatur nuhun...
BalasHapusKami menjual jumbo bag untuk kemasan bahan material, seperti cairan, biji-bijian, pasir, atau bahan padat yang dikemas menggunakan jumbo bag meminimalisir untuk pengepakan transportasi kontainer dan memudahkan untuk menata bahan baku agar tidak memakan tempat, dengan kualitas yang baik kami sudah di percaya dengan beberapa pabrik di Indonesia sprti PT.humme, Pabrik peleburan besi, pabrik sawit Kalimantan Pontianak, dan biji plastik, dan PT Bogasari,
BalasHapusTersedia dalam kondisi bekas maupun baru
Bisa kirim sampai ke luar pulau
Mulai dari ukuran 500kg, 1000kg 2000kg
- 80x80 , 90x90, 90x120-180
Selain jumbo bag, kami menjual barang untuk membantu packaging industry seperti pallet plastik dan kayu, drum, kempu, ember dan plastik
Salam sejahtera
CV Arya putra mandiri
Owner : Fikri Efridho
Wa/tlp 082127205845
Pengolahan air limbah secara fisik merupakan pengolahan awal (primary treatment) air limbah sebelum dilakukan pengolahan lanjutan, pengolahan secara fisik bertujuan untuk menyisihkan padatan-padatan berukuran besar seperti plastik, kertas, kayu, pasir, koral, minyak, oli, lemak, dan sebagainya. Pengolahan air limbah secara fisik dimaksudkan untuk melindungi peralatan-peralatan seperti pompa, perpipaan dan proses pengolahan selanjutnya. Beberapa unit operasi yang diaplikasikan pada proses pengolahan air limbah secara fisik diantaranya : penyaringan (screening), pemecahan/grinding (comminution), penyeragaman (equalization), pengendapan (sedimentation), penyaringan (flitration), pengapungan (floatation). Jasa Penulis Artikel SEO Cara Menjual Kardus Bekas Ke Pabrik
BalasHapusHujan deras sepanjang kegiatan tidak menyurutkan semangat peserta eksposur menjelajah setiap sudut PIALAM, namun beberapa mahasiswa mengaku tidak kuat berada di lokasi tersebut karena tidak terbiasa dengan bau limbah yang sangat kuat. Melalui eksposur program Water Security, Stube HEMAT Yogyakarta mendekatkan mahasiswa dengan realita limbah yang mengancam eksistensi air, dan menghadirkan pengalaman baru dan refleksi, sekaligus menumbuhkan kesadaran atas pentingnya air sehingga muncul gagasan yang bisa mereka lakukan untuk meminimalisir limbah, menjaga air dan lingkungan. *** Jasa Penulis Artikel SEO Cara Menjual Kardus Bekas Ke Pabrik
BalasHapus