KINERJA KOAGULAN UNTUK PENGOLAHAN AIR
LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU
(Tahun 2008)
Ketut Sumada
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Pembangunan Nasional (UPN)
“Veteran” Jawa Timur
email : ketutaditya@yahoo.com
ABSTRAK
Air limbah industri
pengolahan kayu mengandung COD (chemical oxygen demand) 9.500
mg/l, BOD (biological oxygen demand) 4.800 mg/l, and pH : 7 yang
melebihi standar baku mutu air limbah, sehingga diperlukan pengolahan untuk
memenuhi standar baku mutu. proses pengolahan yang dibutuhkan untuk menurunkan
cod adalah pengolahan dengan menggunakan proses kimia dengan penambahan
koagulan. Dalam penelitian ini, proses pengolahan air limbah dilakukan dalam
tangki berpengaduk dengan operasional secara batch, jenis koagulan yang
dipergunakan seperti aluminium sulfat, ferri chlorida, dan ferrosulfat dengan
variasi konsentrasi 25, 50, 100, 150, dan 200 mg/l,kecepatan
putaran pengaduk 100 rpm dan waktu pengadukan 15, 20, 25, 30, dan 35 menit. Hasil penelitian
terbaik menunjukan jenis koagulan terbaik adalah ferri chlorida dengan
konsentrasi 200 mg/l, waktu pengadukan 35 menit, penurunan COD mencapai 98% dan
BOD 95%.
Kata kunci : air limbah, koagulan, pengaduk, BOD dan COD
PENDAHULUAN
Industri
pengolahan kayu mempergunakan air sebagai media untuk proses pencucian, dalam
proses pencucian air mengalami perubahan sifat akibat perpindahan komponen
lignin dan bahan terlarut dalam kayu. Air limbah pengolahan kayu mempunyai
kualitas warna merah, mengandung padatan tersuspensi dan terlarut baik yang
bersifat organik maupun anorganik. Berdasarkan analisis laboratorium, air
limbah industri pengolahan kayu mempunyai konsentrasi COD (chemical oxygen
demand) : 9.500 mg/l, BOD (biological oxygen demand) : 4.800 mg/l dengan
derajat keasaman (pH) : 7.
Air
limbah yang dihasilkan oleh industri pengolahan kayu mempunyai konsentrasi COD
dan BOD yang melebihi baku mutu yang ditetapkan yakni COD : 150 mg/l, BOD : 75
mg/l, dan pH 6-9. Air limbah ini menjadi permasalahan bagi industri pengolahan
kayu jika dibuang langsung ke lingkungan (badan air penerima). Dalam rangka menghindari
terjadinya pencemaran lingkungan akibat pembuangan air limbah, air limbah
dengan konsentrasi polutan seperti COD dan BOD yang melebihi baku mutu
diharuskan dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan.
Penurunan
konsentrasi polutan COD dan BOD dapat dilakukan dengan proses kimia maupun
biologi, dalam penelitian ini penurunan konsentrasi polutan COD dan BOD
dilakukan dengan proses kimia (koagulasi/flokulasi).
Tujuan
penelitian ini adalah mengkaji kinerja berbagai jenis koagulan (aluminium
sulfat, ferri chlorida, dan ferro sulfat) dalam penyisihan konsentrasi COD dan
BOD air limbah industri pengolahan kayu.
LANDASAN TEORI
1.KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI
PENGOLAHAN KAYU
Air
limbah industri pengolahan kayu merupakan air limbah hasil proses pencucian
kayu, berdasarkan hasil analisis laboratorium diketahui kualitas air limbah
industri pengolahan kayu seperti tercantum dalam tabel 1.
Tabel 1. Kualitas Air Limbah
Industri Pengolahan Kayu
Parameter
|
Satuan
|
Konsentrasi
|
COD
|
mg/l
|
9.500
|
BOD
|
mg/l
|
4.800
|
pH
|
7
|
|
Warna
|
Coklat
tua
|
Sumber
: Balai besar laboratorium kesehatan surabaya
2. BAKU MUTU AIR LIMBAH
INDUSTRI
Baku
mutu air limbah industri merupakan batas maksimum air limbah
yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan hidup dari suatu aktifitas.
Berdasarkan surat keputusan Gubernur Jawa Timur No 45 tahun 2002, baku mutu air
limbah industri ditetapkan seperti tercantum dalam tabel 2
Tabel 2. Baku Mutu Air
Limbah Industri Pengolahan Kayu
Parameter
|
Satuan
|
Konsentrasi
|
COD
|
mg/l
|
150
|
BOD
|
mg/l
|
75
|
pH
|
6 - 9
|
Sumber
: SK Gubernur Jawa Timur No 45 Tahun 2002
Berdasarkan kualitas air
limbah industri pengolahan kayu dan baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah,
maka air limbah industri pengolahan kayu harus dilakukan pengolahan terlebih
dahulu sebelum dibuang ke lingkungan (badan air).
3. PENGOLAHAN AIR LIMBAH
Pengolahan air limbah
bertujuan untuk menurunkan konsentrasi polutan yang terkandung dalam air limbah
hingga mencapai batas yang diijinkan sesuai dengan baku mutu air limbah industri
Proses pengolahan air limbah dapat dilakukan
dengan proses fisik, kimia, dan biologi. Proses fisik merupakan proses
pemisahan padatan seperti pasir, plastik, kertas dan sebagainya, proses fisik
dilakukan dengan unit operasi seperti screening, sedimentasi, comminuttor, dan grit chamber.
Proses pengolahan air limbah dengan proses kimia dilakukan dengan penambahan
bahan kimia kedalam air limbah yang bertujuan untuk menurunkan konsentrasi padatan
tersuspensi dan terlarut baik yang bersifat organik maupun anorganik. Unit
operasi pada pengolahan secara kimia seperti koagulasi/flokulasi, netralisasi,
injeksi gas (gas transfer), desinfektan, adsorpsi, pertukaran ion dan
sebagainya. Proses pengolahan air limbah secara biologi merupakan proses pengolahan
air limbah dengan memanfaatkan mikroorganisme untuk menguraikan dan
mengoksidasi bahan organik dan biodegradable. Unit operasi pengolahan secara
biologi seperti standard
activated sludge, contact
stabilization, step aeration, extended aeration, oxidation ditch, trickling filter,
biofilm tercelup, rotating biological contactor (RBC), contact
aeration (oxidation) dan lainnya.
4. PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA KIMIA
Pengolahan air limbah secara kimia dilakukan
dengan penambahan bahan kimia kedalam air limbah. Proses pengolahan secara
kimia biasanya dikenal dengan proses koagulasi dan
flokulasi yang bertujuan untuk menurunkan padatan tersuspensi dan
terlarut yang terkandung dalam air limbah baik yang bersifat organik maupun
anorganik.
Proses
koagulasi merupakan proses destabilisasi partikel yaitu perubahan muatan
partikel dari bermuatan negatif menjadi bermuatan positif, hal ini dilakukan
mengingat umumnya partikel tersuspensi dan koloid yang terdapat dalam air
limbah bermuatan negatif, dengan penambahan koagulan partikel negatif akan
diselimuti oleh ion bermuatan positif yang berasal dari koagulan, mekanisme
proses koagulasi seperti ditunjukan dalam gambar 1. Bahan kimia yang
ditambahkan kedalam air limbah disebut sebagai koagulan atau flokulan. Berbagai
jenis koagulan yang dipergunakan dalam pengolahan air limbah seperti aluminium
sulfat (Al2(SO)3 18.H2O), Ferro sulfat (FeSO4
7 H2O), Ferri chlorida (FeCl3), Ferri sulfat (Fe2 (SO4)3,
Sodium aluminate Na2Al2O4 maupun Kapur (CaO)
Gambar 1. Mekanisme
koagulasi
Proses
flokulasi merupakan penggabungan partikel-partikel yang telah mengalami proses
destabilisasi, penggabungan partikel dilakukan dengan penambahan bahan kimia
yang disebut sebagai flokulan, penggabungan partikel mengakibatkan terbentuknya
partikel yang berukuran lebih besar (makro flok) sehingga mempermudah dan
memperpendek waktu pemisahan flok pada proses sedimentasi, mekanisme proses flokulasi seperti ditunjukan
dalam gambar 2. Flokulan yang dipergunakan untuk menggabungkan merupakan bahan polimer (berantai panjang)
seperti polyethylene-imines (cationic), polyamides-amines (cationic), dan polyacrylamide (nonionic), dan komponen karboksil dan sulfonate (anionic). (Montgomery J M, 1985)
Gambar 2. Mekanisme
Flokulasi
Berdasarkan mekanisme proses koagulasi dan flokulasi, pengolahan
air limbah secara kimia terbentuk padatan (flok) yang selanjutnya dipisahkan
dengan mempergunakan proses sedimentasi atau filtrasi tergantung konsentrasi
flok yang terbentuk.
4. FAKTOR-FAKTOR YANG
BERPENGARUH PENGOLAHAN SECARA KIMIA
Berbagai faktor yang perlu diperhatikan
dalam pengolahan air limbah secara kimia khususnya dengan proses koagulasi dan
flokulasi diantaranya :
a. Konsentrasi padatan,
konsentrasi padatan tersuspensi dan terlarut yang terkandung dalam air limbah
berpengaruh terhadap kebutuhan bahan koagulan maupun flokulan. Semakin besar
konsentrasi padatan tersuspensi dan terlarut kebutuhan bahan koagulan dan
flokulan semakin kecil dan sebaliknya, hal ini disebabkan pada konsentrasi
padatan yang tinggi jarak antar partikel semakin dekat dan memudahkan proses
penggabungan. (Eckenfelder, W, 2000)
b. Derajat keasaman (pH), derajat
keasaman (pH) air limbah mempengaruhi kinerja dari bahan koagulan, hal ini
disebabkan setiap jenis koagulan bekerja efektif pada rentang pH tertentu. Koagulan aluminium sulfat bekerja
efektif pada pH diatas 6, koagulan ferro sulfat pada rentang pH 4-7, koagulan
ferri chlorida pada rentang pH 3-5, sedangkan senyawa polimer tidak dipengaruhi
oleh pH. (Eckenfelder, W, 2000)
c. Konsentrasi koagulan, Konsentrasi
koagulan akan mempengaruhi efiisensi proses pengolahan, semakin besar
konsentrasi pada umumnya efisiensi proses semakin besar dan sebaliknya.
Konsentrasi koagulan yang terlalu tinggi dapat menurunkan derajat keasaman (pH)
dan efisiensi menjadi rendah hal ini disebabkan sebagian besar koagulan jika
dimasukkan kedalam air limbah akan melepaskan sifat asam sehingga pH air limbah
menjadi turun. Konsentrasi koagulan aluminium sulfat yang dianjurkan 75 – 250
mg/l, koagulan ferro sulfat dianjurkan 70 – 200 mg/l, dan koagulan ferri
chlorida 35 – 150 mg/l (Eckenfelder, W, 2000)
d. Kecepatan
pengadukan, Kecepatan pengadukan
mempengaruhi efisiensi proses pengolahan, kecepatan putaran pengaduk yang
terlalu tinggi dapat mengakibatkan pecahnya flok yang sudah terbentuk dan akan
mempersulit proses sedimentasi, pada umumnya kecepatan pengadukan berkaitan
dengan waktu pengadukan. Pada proses koagulasi dibutuhkan kecepatan putaran
pengaduk yang tinggi tetapi waktu pengaduk yang relatif cepat (2-15 menit),
sedangkan pada proses flokulasi dibutuhkan kecepatan putaran pengaduk yang
rendah dan waktu pengadukan yang relatif lebih lama (20-40) menit. (Metcalf & Eddy, 2000)
METODE
PENELITIAN
Pada
penelitian ini, air limbah industri pengolahan kayu yang dikaji berasal dari proses pencucian kayu dari
industri pengolahan kayu. Air limbah sebelum dilakukan proses pengolahan dilakukan
analisis konsentrasi COD, BOD, dan pH yang bertujuan untuk mengetahui kualitas
air limbah awal. Proses pengolahan air limbah secara kimia ini dilakukan dengan
mempergunakan teknologi tangki berpengaduk yang dioperasionalkan secara batch.
Peralatan tangki berpengaduk yang dipergunakan adalah “Jar Test” seperti gambar
berikut.
Proses pengolahan
meliputi, air limbah sebanyak 1000 ml dimasukan kedalam beaker glass,
ditambahkan koagulan : aluminium sulfat, ferro sulfat, dan ferri chlorida dengan
konsentrasi bervariasi 25, 50, 100, 150, dan 200 mg/l,
dilakukan pengadukan dengan kecepatan putaran pengaduk 100 rpm dan waktu
pengadukan 15, 20, 25, 30, dan 35 menit, serta proses pengendapan selama 1 jam. Filtrat
hasil pengolahan dilakukan analisis untuk mengeahui konsentrasi COD dan BOD
serta pengukuran pH air limbah setelah dilakukan pengolahan. Padatan (flok)
yang terbentuk dikeringkan selanjutnya dibuang
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil penelitian dengan berbagai variasi jenis koagulan, konsentrasi koagulan
dan waktu pengadukan, diperoleh hasil penelitian seperti berikut.
a. Pengaruh
jenis koagulan, konsentrasi koagulan, dan waktu pengadukan terhadap penyisihan
COD seperti ditunjukan pada grafik 1 sampai 5 seperti berikut :
Grafik 1. Waktu pengadukan 15 menit Grafik 2. Waktu pengadukan 20
menit
Grafik 3. Waktu pengadukan 25
menit Grafik 4. Waktu
pengadukan 30 menit
Grafik 5. Waktu
pengadukan 35 menit Grafik 6. Konsentrasi koagulan 200 mg/l
Grafik
1 sampai 5 menunjukkan pengaruh konsentrasi koagulan terhadap penyisihan COD
air limbah industri pengolahan kayu untuk setiap jenis koagulan (aluminium
sulfat, ferri chlorida, dan ferro sulfat) pada waktu pengadukan tertentu. Konsentrasi
koagulan yang ditambahkan berpengaruh terhadap persen penyisihan COD, semakin
besar konsentrasi koagulan yang ditambahkan, persen penyisihan COD semakin
besar hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi koagulan yang ditambahkan
penggabungan partikel berlangsung lebih efektif. Pada konsentrasi 150 dan 200 mg/l perubahan
penyisihan COD tidak signifikan cendrung sama, hal ini disebabkan penambahan
koagulan yang terlalu besar mengakibatkan penurunan derajat keasaman (pH)
sehingga koagulan tidak bekerja secara efektif dan sulit membentuk flok. Konsentrasi
koagulan yang terbaik untuk penyisihan COD air limbah industri pengolahan kayu adalah
200 mg/l, waktu pengadukan 35 menit
dengan persentase penyisihan COD : 93 % untuk koagulan aluminium sulfat,
91% untuk koagulan ferri chlorida, dan 95% untuk koagulan ferro sulfat.
Grafik
6 menunjukan pengaruh waktu pengadukan terhadap penyisihan COD pada berbagai
jenis koagulan dengan konsentrasi koagulan 200 mg/l, grafik 6 menunjukkan bahwa
semakin lama waktu pengadukan kenaikan penyisihan COD tidak signifikan hal ini
disebabkan karena waktu koagulasi yang efektif berkisar 2 – 15 menit.
b. Pengaruh
jenis koagulan, konsentrasi koagulan, dan waktu pengadukan terhadap penyisihan
BOD seperti ditunjukan pada grafik 7 sampai 12 seperti berikut :
Grafik
7. Waktu pengadukan 15 menit Grafik 8. Waktu pengadukan 20 menit
Grafik 9. Waktu pengadukan 25 menit Grafik 10. Waktu pengadukan 30
menit
Grafik
11. Waktu pengadukan 35 menit
Grafik 12. Konsentrasi koagulan 200 mg/l
Grafik
7 sampai 11 menunjukkan pengaruh konsentrasi koagulan terhadap penyisihan BOD
air limbah industri pengolahan kayu untuk setiap jenis koagulan (aluminium
sulfat, ferri chlorida, dan ferro sulfat) pada waktu pengadukan tertentu. Konsentrasi
koagulan yang ditambahkan berpengaruh terhadap persen penyisihan BOD, semakin
besar konsentrasi koagulan yang ditambahkan, persen penyisihan BOD semakin
besar hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi koagulan yang ditambahkan
penggabungan partikel berlangsung lebih efektif. Pada konsentrasi 150 dan 200 mg/l perubahan penyisihan
BOD tidak signifikan cenderung sama, hal ini disebabkan penambahan koagulan
yang terlalu besar mengakibatkan penurunan derajat keasaman (pH) sehingga
koagulan tidak bekerja secara efektif dan sulit membentuk flok. Konsentrasi
koagulan yang terbaik untuk penyisihan BOD air limbah industri pengolahan kayu
adalah 200 mg/l, waktu pengadukan 35 menit dengan persentase penyisihan BOD : 92 % untuk
koagulan aluminium sulfat, 89% untuk koagulan ferri chlorida, dan 95% untuk
koagulan ferro sulfat.
Grafik 12 menunjukan
pengaruh waktu pengadukan terhadap penyisihan BOD pada berbagai jenis koagulan
dengan konsentrasi koagulan 200 mg/l, grafik 6 menunjukkan bahwa semakin lama
waktu pengadukan kenaikan penyisihan BOD tidak signifikan hal ini disebabkan
karena waktu koagulasi yang efektif berkisar 2 – 15 menit.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya
jenis koagulan terbaik yang dipergunakan dalam pengolahan air limbah industri
pengolahan kayu adalah koagulan ferro sulfat dengan konsentrasi 200 mg/l, waktu
pengadukan 35 menit, penyisihan COD : 95% dan BOD : 95%, derajat keasaman air
limbah (pH) : 6. Air limbah yang dihasilkan setelah proses pengolahan masih
mempunyai konsentrasi COD : 475 mg/l dan
BOD : 240 mg/l sehingga air limbah ini masih belum layak
untuk dibuang kelingkungan.
Saran
Air
limbah industri pengolahan kayu hasil pengolahan masih mengandung COD sebesar
475 mg/l dan BOD 240 mg/l hal ini masih diatas baku mutu yang ditetapkan
sehingga disarankan untuk melakukan proses pengenceren terlebih dahulu atau
menggunakan proses pengolahan secara biologi setelah proses kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Eckenfelder
W. Wesley, (2000), “Industrial Water Pollution Control” Mc. Graw Hill
Metcalf & Eddy, (1985),
“Wastewater Engineering Treatment Disposal Reuse”, Tata Mc Graw Hill, New Delhi
Montgomery J M, (1985),
“Water Treatment Principle and Design”, John Wiley and Son, Kanada
Reynold, Tom D, (1982), “Unit Operation and Processes In Environment
Engineering”, Wadsworth Inc, California
SK Gubernur , (2002), “Baku Mutu Limbah Cair Bagi Industri atau
Kegiatan Usaha Lainnya di Jawa Timur”, SK Gubernur Jawa Timur No 45
************ SEMOGA BERMANFAAT ***************
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
BalasHapusSalam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical
Digunakan sebagaipupuk dasar diberikan saat pengolahan tanah untuk semua jenis tanah dan semuajenis tanaman dengan cara pupuk ditebarkan dipermukaan tanah atau lubang tanamkemudian di aduk-aduk sampai rata dengan tanah. Dosis yang digunakanuntuk satu hektarnya cukup 3-5 ton, sedangkan penggunaan pupuk anorganik bisadikurangi 1/3 bagian dari dosis normal. Jasa Penulis Artikel SEO pabrik penerima besi bekas
BalasHapus